Kemajuan
ekonomi negara maju tidak terlepas dari jumlah sekolah, dimana kurikulumnya
diarahkan untuk kebutuhan ekonomi dengan ciri penggunaan teknologi yang tinggi.
Kurang meratanya teknologi penunjang pembelajaran pada tiap daerah dikarenakan
pemerintah hanya mendata sekolah yang terdekat dengan jalan besar yang lebih
mudah untuk difasilitasi. Seperti contohnya sekolah modern, sekolah yang
memiliki kapasitas rombel yang banyak murid-muridnya di kalangan perkotaan, dan
juga pihak sekolah lebih dekat dengan para pejabat-pejabat terkait, sehingga
mudah untuk mendapatkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan,
untuk sekolah yang berada di daerah-daerah tertentu tidak adanya fasilitas yang
memadai, sarana dan prasarananya pun hanya seadanya. Inilah yang menjadi
penyebab ketertinggalannya teknologi baik pada guru maupun siswanya.
Untuk
itu, kemampuan berpikir dan belajar untuk mengakses pengetahuan dalam mencari
pengetahuan lewat teknologi yang berkembang dirasa sangat tertinggal. Hal ini
menimbulkan gejolak social pada masyarakat, seperti :
- Banyaknya lulusan
yang bersekolah di sekolah daerah perkotaan lebih terampil, mahir, dan
mempunyai keahlian, sehingga mudah mendapatkan pekerjaan.
- Sedangkan lulusan
yang bersekolah di sekolah daerah pedesaan, kemajuan ilmu teknologinya kurang
memadai, hal ini menyebabkan sangat sulitnya mendapatkan pekerjaan karena tidak
mempunyai kecakapan hidup (life sklill) yang bisa memberikan kemahiran dan
keahlian seperti halnya peserta didik yang mampu difasilitasi teknologi yang
memadai.
Itulah
gambaran tentang masih banyaknya ketertinggalan teknologi untuk pembelajaran
yang belum merata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar