Anak Pejabat VS Anak Petani
Anak
merupakan titipan dari Allah, yang sejatinya anak ada yang dilahirkan dari
keluarga berada (anak pejabat) ataupun biasa-biasa saja (anak petani). Tentu hal
ini akan terjadi pada sekolah-sekolah lain, dimana anak tersebut bersekolah
pada sekolah yang sama, kelas yang sama, tetapi perilaku yang berbeda-beda.
Anak seorang pejabat cenderung sombong,
angkuh, padahal kemampuan belajarnya di bawah rata-rata. Pada hal ini, anak
terlalu dimanja dengan fasilitas-fasilitas yang ada.
Sedangkan
anak petani/keluarga yang biasa-biasa saja, justru cenderung lebih pintar dan
cerdas. Hal ini karena faktor keluarga yang menanamkan dan
mengutamakan/memprioritaskan belajar anak dengan sungguh-sungguh, agar kelak
tidak seperti orangtuanya.
Peran
orang tua selalu menjadi beban pada guru-guru, terutama di lingkungan sekolah. Orang
kaya (pejabat) selalu aktif mengunjungi sekolah anaknya dengan harapan seorang
guru lebih akrab dengan dirinya. Hal ini yang memicu guru selalu terbebani,
karena guru harus fokus memperhatikan anaknya.
Hal
lain yang membuat guru merasa terbebani adalah ketika anak tersebut menghadapi
kenaikan kelas. Orang tua anak tersebut seringkali memohon agar anaknya naik
kelas. Namun, hal tersebut tidaklah adil untuk anak-anak yang lain. Guru tetaplah
guru, profesi guru menjadi tantangan yang harus dikedepankan dengan nilai-nilai
pendidikan. Tugas guru adalah mencerdaskan anak bangsa, berkeadilan, dan tanpa
pandang bulu. Dari mana, siapa, dan bagaimana peranan orag tuanya tetaplah guru
yang harus professional dalam menentukan sikap dan keprofesiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar