Sabtu, 21 Oktober 2017

Rokok menjadi Gaya Hidup Pelajar

Rokok menjadi Gaya Hidup Pelajar
          Saya sering melihat atau bahkan diantara kalian juga sering melihat, nampaknya sudah tak asing lagi dengan tulisan “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin”. Tulisan tersebut adalah sebuah peringatan yang terdapat pada bungkus rokok. Namun, bagi pecandu rokok, sepertinya kalimat tersebut tidak begitu penting, sehingga mereka menghiraukan begitu saja dan tetap melanjutkan kebiasaan merokoknya. Pengguna rokok pada saat ini bukan hanya orang dewasa, remaja pun banyak yang sudah kecanduan rokok.
Merokok adalah membakar tembakau yang telah dilinting dengan kertas, lalu menghisap asapnya. Rokok sudah menjadi makanan sehari-hari dikalangan anak remaja, dikarenakan rokok seperti sumber ketenangan, rokok juga menjadi gaya hidup dikalangan pelajar.
Saya pernah mewawancarai salah satu teman saya yang sangat pecandu rokok, ia mengatakan “kalau ga ngerokok ga enak, mulut kerasa kecut, abis makan tuh enaknya ngerokok apalagi ditemani dengan secangkir kopi”. Padahal, ia tahu bahaya rokok, akan tetapi karena ia sudah kecanduan rokok, untuk tidak merokok lagi itu rasanya sulit. Sebetulnya berhenti merokok itu mudah, jika didasari dengan niat. Karena jika hanya dengan ucapan, tanpa niat dan perbuatan, maka tidak akan ada hasilnya.
           Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di belahan dunia. Dengan berbagai alasan orang merokok, di kalangan remaja merokok adalah faktor gengsi, gaya hidup, dan agar disebut “jagoan”, karena jika tidak merokok maka akan dijuluki banci. Inilah yang menjadi penyebab banyaknya pelajar yang memandang rokok sebagai gaya hidupnya. Bahkan, ada satu pepatah menarik yang digunakan sebagai pembenar atas kebiasaan merokok yaitu “ada ayam jago di atas genteng, tidak merokok tidak ganteng”.
Masa remaja yaitu masa di mana terjadinya kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju fase dewasa. Fenomena merokok dikalangan remaja sudah tidak asing dilihat lagi. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Seperti halnya, remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya. Mereka merokok juga karena faktor lain, yaitu karna faktor solidaritas kelompok, dan mau tidak mau mereka juga harus mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sekelompoknya.
Ada beberapa faktor yang mendorong remaja untuk merokok, diantaranya yaitu :
1.      Faktor orang tua dan keluarga
Anak-anak yang memiliki orang tua perokok, lebih rentan terpengaruh dan mencontoh perilaku orang tuanya.
2.      Faktor teman
Banyak fakta yang membuktikan, apabila remaja merokok, kemungkinan besar teman-temannya juga perokok.
3.      Faktor kepribadian
Ada orang yang merokok karena alasan hanya ingin tahu, dan hanya untuk mengusir rasa bosan.
4.      Faktor iklan
Iklan-iklan di media, memberikan gambaran bahwa rokok adalah lambang kejantanan (laki banget). Sehingga memicu remaja untuk berperilaku seperti yang dicontohkan di iklan tersebut.
5.      Faktor ekonomis
Harga rokok yang sangat terjangkau, membuat remaja mudah untuk mencicipi rokok, begitu rokok menjadi bagian hidupnya maka ia akan terus membeli rokok dan menajdi perokok berat.

            Ada berbagai upaya untuk mengatasi kebiasaan merokok, namun semuanya balik lagi ke niat diri masing-masing, siap atau tidaknya menghilangkan kebiasaan merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar